Ia
adalah wanita yang terus hidup dalam hati suaminya sampaipun ia telah
meninggal dunia. Tahun-tahun yang terus berganti tidak dapat mengikis
kecintaan sang suami padanya. Panjangnya masa tidak dapat menghapus
kenangan bersamanya di hati sang suami.
Bahkan sang suami terus mengenangnya dan bertutur tentang andilnya dalam ujian, kesulitan dan musibah yang dihadapi. Sang suami
terus mencintainya dengan kecintaan yang mendatangkan rasa cemburu dari
istri yang lain, yang dinikahi sepeninggalnya. (Mazin bin Abdul Karim
Al Farih dalam kitabnya Al Usratu bilaa Masyaakil)
Suatu hari istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain (yakni ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha) berkata, “Aku
tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari istri Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam seperti cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya, akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyebutnya.” (HR. Bukhari)
Ya,
dialah Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza bin Qushai.
Dialah wanita yang pertama kali dinikahi oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Bersamanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
membina rumah tangga harmonis yang terbimbing dengan wahyu di Makkah.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menikah dengan wanita lain
sehingga dia meninggal dunia.
Saat
menikah, Khadijah radhiyallahu ‘anha berusia 40 tahun sementara
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berusia 25 tahun. Saat itu ia
merupakan wanita yang paling terpandang, cantik dan sekaligus kaya. Ia
menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tak lain karena
mulianya sifat beliau, karena tingginya kecerdasan dan indahnya
kejujuran beliau. Padahal saat itu sudah banyak para pemuka dan
pemimpin kaum yang hendak menikahinya.
Ia
adalah wanita terbaik sepanjang masa. Ia selalu memberi semangat dan
keleluasaan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mencari
kebenaran. Ia sendiri yang menyiapkan bekal untuk Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau menyendiri dan beribadah di
gua Hira’. Seorang pun tidak akan lupa perkataannya yang masyhur yang
menjadikan Nabi merasakan tenang setelah terguncang dan merasa bahagia
setelah bersedih hati ketika turun wahyu pada kali yang pertama, “Demi
Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh
engkau suka menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang
lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan
tamu dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaqun ‘alaih) (Mazin bin Abdul Karim Al Farih dalam kitabnya Al Usratu bilaa Masyaakil)
Pun,
saat suaminya menerima wahyu yang kedua berisi perintah untuk mulai
berjuang mendakwahkan agama Allah dan mengajak pada tauhid, ia adalah
wanita pertama yang percaya bahwa suaminya adalah utusan Allah dan
kemudian menyatakan keislamannya tanpa ragu-ragu dan bimbang sedikit
pun juga.
Khadijah
termasuk salah satu nikmat yang Allah anugerahkan pada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia mendampingi beliau selama seperempat
abad, menyayangi beliau di kala resah, melindungi beliau pada saat-saat
yang kritis, menolong beliau dalam menyebarkan risalah, mendampingi
beliau dalam menjalankan jihad yang berat, juga rela menyerahkan diri
dan hartanya pada beliau. (Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury di
dalam Sirah Nabawiyah)
Suatu
kali ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam setelah beliau menyebut-nyebut Khadijah, “Seakan-akan
di dunia ini tidak ada wanita lain selain Khadijah?!” Maka beliau
berkata kepada ‘Aisyah, “Khadijah itu begini dan begini.” (HR. Bukhari)
Dalam riwayat Ahmad pada Musnad-nya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “begini dan begini” adalah sabda beliau, “Ia
beriman kepadaku ketika semua orang kufur, ia membenarkan aku ketika
semua orang mendustakanku, ia melapangkan aku dengan hartanya ketika
semua orang mengharamkan (menghalangi) aku dan Allah memberiku rezeki
berupa anak darinya.” (Mazin bin Abdul Karim Al Farih dalam kitabnya Al Usratu bilaa Masyaakil)
Karenanya
saudariku muslimah, jika engkau ingin hidup dalam hati suamimu maka
sertailah dia dalam mencintai dan menegakkan agama Allah, sertailah dia
dalam suka dan dukanya. Jadilah engkau seperti Khadijah hingga engkau
kelak mendapatkan apa yang ia dapatkan. Sebagaimana yang diriwayatkan
dalam Shahih Bukhari, Jibril mendatangi nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam seraya berkata, “Wahai
Rasulullah, inilah Khadijah yang datang sambil membawa bejana yang di
dalamnya ada lauk atau makanan atau minuman. Jika dia datang, sampaikan
salam kepadanya dari Rabb-nya, dan sampaikan kabar kepadanya tentang
sebuah rumah di surga, yang di dalamnya tidak ada suara hiruk pikuk dan
keletihan.”
Saudariku muslimah, maukah engkau menjadi Khadijah yang berikutnya?
***
Penyusun: Ummu Abdirrahman | Muroja’ah: ustadz Abu Salman
Artikel muslimah.or.id
Artikel muslimah.or.id
Publikasi: pusatmotivasi.com
__________
sumber : http://www.fiqhislam.com